KOMPAS.com – Tepat 55 tahun lalu, tanggal 30 September, tujuh pahlawan revolusi mengalami penculikan, penyiksaan, hingga akhirnya wafat di Lubang Buaya.
Meski peristiwa tersebut sudah puluhan tahun, perjuangan mereka menegakan dan mempertahankan Pancasila masih bisa dikenang hingga kini. Salah satu
Tempat kejadian asli penculikan dan tempat penyiksaan mereka dijadikan museum.
Wisata Kreatif Jakarta (WKJ) mengadakan virtual tour yang dipandu oleh pemandu wisata, Ira Lathief, berkeliling mengunjungi empat saksi bisu peristiwa G30S/PKI.
Adapun keempatnya yakni Museum Sasmitaloka Jenderal AH. Nasution, Museum Sasmitaloka Ahmad Yani, Kawasan Lubang Buaya, dan Tanam Makam Pahlawan.
Museum Sasmitaloka Jenderal AH Nasution
Pemberhentian pertama berada di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, yakni kunjungan ke Museum Jenderal AH Nasution.
Museum ini dulu merupakan rumah kediaman Jenderal Nasution dan keluarga, dan menjadi saksi bisu kejadian Tjakrabirawa yang berusaha menangkap Pak Nas, panggilan akrab Nasution.
Saat itu, Nasution berhasil kabur melalui tembok belakang rumah. Ira menjelaskan, Nasution berhasil kabur berkat sang istri, Johana Soenarti.
Tjakrabirawa memasuki rumah mereka, dan Johana yang langsung sigap membuka pintu dan menyuruh Nasution untuk segera kabur.
Virtual tour juga dilengkapi dengan pemutaran film G30S/PKI. Melalui film, turut tampak bagaimana Kapten Tendean tertangkap Tjakrabirawa, dan mengaku dirinya sebagai Nasution.
Rumah Jenderal Nasution dijadikan museum pada tahun 2008, dan dikelola oleh TNI pada zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Saat masuk ke dalam museum, pengunjung akan langsung melihat patung Nasution dengan nama beserta jabatannya pada bagian bawah patung. Selanjutnya, akan ada ruang kerja sang Jendral Besar.
Memasuki museum lebih dalam, ada ruang makan, dan juga diorama Johana yang sedang menggendong Ade Irma.
Baju Ade Irma dan juga Johana berlumur darah, karena Ade Irma terkena tembakan Tjakrabirawa.
Saat penangkapan, Kapten Tendean sedang berjaga di rumah Nasution. Surat cinta dari tunangannya yang bernama Rukmini juga menjadi kisah menarik dibalik kejadin G30S/PKI.

Museum Ahmad Yani
Perjalanan berlanjut ke Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani. Seperti Museum Jenderal AH Nasution, museum ini dulunya juga menjadi rumah tinggal Jenderal Ahmad Yani dan keluarga.
Namun, rumah keluarga itu mulai beralih fungsi menjadi museum sejak tahun 1980-an.
Saat berkunjung ke museum Ahmad Yani, pengunjung bisa melihat sejumlah kenangan Ahmad Yani, salah satunya bar yang digunakannya untuk menyambut tamu-tamu dari luar negeri.
Museum ini juga masih menyimpan peninggalan-peninggalan barang keluarga Ahmad Yani, seperti bedak, gincu, dan juga sabun batang.
Lubang Buaya
Setelah berkeliling di Museum Ahmad Yani, Ira mengajak peserta virtual tour ke Lubang Buaya, tempat penyiksaan dan pembuangan para jenazah pahlawan revolusi.
Ira menjelaskan, penyiksaan yang dilakukan pasukan Tjakrabirawa, bertujuan untuk memaksa para jenderal menandatangani surat gerakan komunis.
Kawasan Lubang Buaya memiliki tiga titik terkait peristiwa G30S/PKI, yakni museum penghianatan PKI, rumah atau posko tempat penyiksaan para jendral, dan monumen pancasila.

TMP Kalibata
Tempat terkahir yang bisa dikunjungi untuk memperingati G30S/PKI, adalah Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
Tempat ini adalah peristirahatan terakhir para pahlawan revolusi. Mereka dimakamkan dengan layak.
#Keliling #Saksi #Bisu #G30SPKI #Ada #Museum #yang #Dulu #Rumah #Pahlawan #Revolusi #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli