Tatanan Modal Sosial Baru: Media Sosial dan Kekuatan Warganet

  • Whatsapp

Oleh: Marcellinus M.B. Utomo dan Levina A.G. Pieter

Read More

TIDAK ada yang abadi kecuali perubahan. Buah pemikiran seorang filusuf Yunani, Heracletos ini relevan dan menjadi buah pikir yang tak lekang zaman.

Era digital saat ini menjadi salah satu bukti bahwa zaman telah berganti dengan seakan dunia yang dulunya sangat jauh dan tak terbayang menjadi terasa dekat dengan bantuan teknologi.

Era ini menjadikan kita yang bersedia masuk atau mau tak mau terseret masuk di dalamnya menjadi masyarakat digital.

Salah satu perkembangan digital yang sangat diakrabi oleh masyarakat global adalah media sosial. Berbagai bentuk media sosial menawarkan suatu kehidupan di genggaman tangan dan pertukaran informasi berjalan secepat kilat untuk menjangkau audiens yang maha luas.

https://www.youtube.com/watch?v=Yn1tQDFA7bg

Suatu masa yang mungkin tak terbayangkan pada 20-30 tahun yang lampau.

Setiap hal akan memiliki dua sisi mata uang, tidak ada kesempurnaan karena cara pandang yang beragam, demikian pula dengan media sosial.

Di sini, sisi negatif media sosial akan dikesampingkan terlebih dahulu dan hanya akan berfokus pada dampak positifnya karena itulah yang perlu lebih banyak lagi dikelola agar manfaat media sosial menjadi lebih terasa bagi peradaban.

Dalam teori-teori modal sosial klasik, media sosial belum tersebut dalam dialektika modal sosial. Secara ilmiah, teori modal sosial sangatlah beragam dan didefinisikan berbeda-beda oleh para pemikirnya.

Secara garis besar terdapat beberapa pokok dalam teori modal sosial, yakni nilai bersama (shared value), adanya individu atau kelompok yang bersepakat mencapai tujuan yang sama secara bersama-sama, adanya pengikat seperti norma dan tata nilai, dan menjadi rangkaian proses untuk mencapai level saling percaya dan saling pengertian.

Media sosial: wadah baru dan penggunanya

Mengutip pada hasil survei Statista, pengguna media sosial meningkat seiring dengan semakin masifnya layanan koneksi internet dan semakin terjangkaunya harga ponsel pintar.

Masih dari sumber yang sama, per Februari 2022, ada 191,4 juta akun media sosial aktif di Indonesia.

Ini menjadikan Indonesia berada di peringkat 3 jumlah pengguna media sosial tertinggi di Kawasan Asia Pasifik, setelah China dan India. Dalam sehari, pengguna sosial media menghabiskan sekitar 3 jam 20 menit di depan layar.

Jumlah pengguna yang sangat besar ini menjadikan pengguna memiliki komunitas-komunitas digital yang menjadi ceruk-ceruk kecil berdasarkan irisan-irisan yang sama, yang bisa berupa kesamaan identitas yang beraneka ragam jenisnya, kesamaan hobi dan ketertarikan akan hal-hal tertentu, dan masih banyak lagi.

Irisan-irisan inilah yang akan secara tidak langsung memungkinkan para pengguna media sosial terkoneksi dengan pengguna yang lain sehingga jejaring akan semakin masif dan kompleks.

Jejaring digital menjadikan pengguna lebih terkoneksi dengan dunia luar, bahkan ke dunia maya di luar komunitas yang memang sengaja dia masuki.

Warganet: kekuatan pembangunan dan modal sosial baru

Media sosial masih belum dipahami sebagai kekuatan baru pembangunan negara. Padahal, banyak fungsi media sosial yang masih perlu digali lebih dalam.

Pertama, media sosial menjadikan masyarakat yang memiliki kesamaan pandangan untuk membangun negeri memiliki ruang untuk melaksanakan fungsi check and balance.

Fungsi ini jika dilakukan oleh warganet secara sukarela, perbaikan tata kelola negara akan menjadi lebih baik, lebih cepat, dan lebih tepat sasaran.

Kedua, media sosial menjadikan warganet memiliki suara yang lebih terdengar. Sudah berulang kali kekuatan pemberitaan yang viral yang disokong oleh tekanan warganet menjadikan suatu perbaikan menjadi gesit dilaksanakan.

Ketiga, warganet menggunakan media sosial sebagai wadah untuk memonitor situasi yang ada di sekitarnya atau yang menjadi perhatiannya. Fungsi monitoring ini menjadi penting dalam hal pencegahan terjadinya penyelewengan.

Ditopang dengan semakin canggihnya dan terjangkau teknologi seperti CCTV sebagai contoh, menjadikan pihak-pihak yang berniat buruh berpikir dua-tiga kali sebelum melaksanakan aksinya. Salah mengambil tindakan, dapat berujung pada pemberitaan viral.

Pemanfaatan media sosial telah mengubah tatanan modal sosial di era kekinian. Media sosial telah menjadi wadah komunikasi masyarakat digital dan sejauh ini telah membuktikan berkali-kali bahwa kekuatan warganet dapat berujung pada perbaikan pembangunan.

Modal sosial ini menjadi wadah pengikat yang baru yang mampu menjalankan fungsi norma, etika, dan tata nilai yang ada di tatanan modal sosial yang lampau.

Masyarakat harus bersiap bahwa era media sosial tidak dapat dibendung. Penguatan literasi digitallah yang diperlukan agar bijak dalam bermedia sosial.

Di sisi pengambil kebijakan, adaptasi sangat diperlukan agar tidak gagap menghadapi perkembangan kecanggihan teknologi, sekaligus selayaknya berterima kasih karena kekuatan warganet inilah yang menjadi wujud keterlibatan masyarakat dalam mengawal pembangunan yang lebih adil dan beradab di tatanan masyarakat yang baru.

Semoga kedepan, kekuatan warganet menjadi lebih berperan bagi perbaikan terhadap berbagai permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa ini. Keberanian warganet sudah seharusnya mendapat apresiasi, bukan sebaliknya.

Marcellinus M.B. Utomo dan Levina A.G. Pieter
Peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya-BRIN


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

#Tatanan #Modal #Sosial #Baru #Media #Sosial #dan #Kekuatan #Warganet

Klik disini untuk lihat artikel asli

Related posts