JAKARTA, KOMPAS.com – PT Pertamina International Shipping (PIS) terus memperkuat pangsa pasar di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Strategi bisnis ini sejalan dengan besarnya potensi industri logistik di ASEAN, termasuk dalam distribusi energi.
Hal ini dibahas dalam diskusi rangkan acara ASEAN Indonesia 2023, Bloomberg Executive Lunch Session ‘Navigating The ASEAN’s Logistics Landscape, Overcoming Complexity for Success’.
CEO Pertamina International Shipping Yoki Firnandi mengatakan, Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan yang berkembang pesat perekonomiannya usai pandemi Covid-19. Permintaan di kawasan ini terus tumbuh seiring pulihnya perekonomian, terutama kebutuhan akan minyak.
Kondisi tersebut pun menjadi peluang bagi industri logistik, terutama di bidang perkapalan untuk berkembang memenuhi permintaan seiring pulihnya perekonomian.
“Kami terus berinvestasi lebih banyak dan memperluas bisnis kami di Asia, karena kami tahu masa depan dunia ada di Asia yang tengah berkembang cepat,” kata Yoki dalam keterangan tertulisnya, Minggu (10/9/2023).
Ia menuturkan, selain mendukung proses bisnis Pertamina Group dalam hal perkapalan, PIS memang melakukan aktivitas bisnis di luar grup untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.
Adapun PIS berencana untuk memperluas segmentasi jenis produk yang dapat didistribusikan dari saat ini hanya berbasis energi seperti crude, clean petroleum product, dan LPG. Saat ini PIS sedang dijajaki untuk merambah distribusi segmen dry bulk.
“Ada peluang besar di sektor pelayaran internasional, kami menyusun strategi dan juga melakukan transformasi terutama untuk peningkatan transportasi dan logistik energi,” kata Yoki.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Jodi Mahardi menyebut, PIS berpeluang untuk mengembangkan kapal dual fuel dan angkutan carbon capture utilization and storage (CCUS).
Hal ini sejalan dengan gencarnya perkembangan ekonomi hijau. Menurutnya, ekonomi hijau akan menjadi potensi bisnis logistik seiring dengan upaya transisi energi yang dilakukan oleh seluruh negara di dunia.
Indonesia sendiri dalam mendorong ekonomi hijau, menargetkan bisa mencapai nol emisi atau net zero emission (NZE) di 2060.
“Green economy adalah masa depan, bagaimana kita bisa menangkap peluang ini dengan mulai menyiapkan dekarbonisasi di sektor logistik dan juga bisnis energi ramah lingkungan,” kata Jodi.
Dirut Pertamina Ungkap Sederet Faktor yang Bikin Harga Energi Terbarukan Mahal
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Pertamina #International #Shipping #Perkuat #Pangsa #Pasar #ASEAN
Klik disini untuk lihat artikel asli