JAKARTA, KOMPAS.com – Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) membuka pintu apabila Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bergabung dengan koalisi.
Akan tetapi, syarat yang diajukan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar bahwa ia akan menjadi calon presiden (capres) dari KIB, baru akan dibahas kemudian oleh sesama partai koalisi.
“Soal figur (capres) ini akan kami bahas bersama dengan Ketua Umum partai koalisi. Kami akan membahasnya bersama-sama. Jadi kalau Cak Imin mau gabung sangat terbuka. Kita ngopi-ngopi dulu, baru bahas figur,” kata Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily.
Ace menekankan bahwa KIB hingga kini belum membahas soal sosok yang akan diusung sebagai capres karena masih fokus pada menyatukan gagasan dan platform antarketiga partai.
“Pembahasan KIB saat ini belum membahas soal figur. Pembahasan soal figur ini, meminjam bahasanya Pak Ketum Golkar, Airlangga Hartarto, pada jilid selanjutnya. Walaupun kami di Partai Golkar menginginkan Pak Airlangga sebagai capresnya,” ujar Ace.
Senada dengan Ace, Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani menyebutkan bahwa penentuan nama yang akan diusung oleh KIB akan dimusyawarahkan bersama.
“Tidak jadi masalah jika PKB ingin ajukan ketumnya ke KIB sebagaimana Partai Golkar juga ajukan Pak Airlangga Hartarto. Sekali lagi, semuanya nanti dimusyawarahkan sesuai dengan semangat kebersamaan yang terus akan dibangun,” kata Arsul.
Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi juga menyambut baik rencana Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin, membawa gerbong PKB bergabung dengan KIB.
Menurut Yoga, bergabungnya PKB akan menambah kekuatan politik KIB serta membuat kekuatan nasionalis-religius di KIB semakin terang dan nyata.
“Ayo Cak Imin, ojo kesuwen (jangan lama-lama) untuk bergabung bersama dan mengarungi samudera politik di kapal KIB,” ujar dia.
Namun, ia mengingatkan, jika Cak Imin ingin maju sebagai capres lewat KIB, maka Cak Imin haruslah menjadi sosok yang diunggulkan agar pencalonannya tidak berujung pada kekalahan.
Yoga mengatakan, dalam menetapkan pasangan calon yang akan diusung, KIB akan mengukur sejumlah kriteria dari seorang tokoh, baik itu aspek tingkat kesukaan, elektabilitas, maupun variabel penting lainnya.
“Jika KIB akan mengusung Cak Imin sebagai capres, maka di atas hitungan kertas harus menang. Kalau tidak menang, kan dada jadi sesak, mata berkunang-kunang, dan tensi darah naik,” kata Yoga
Sebelumnya, Muhaimin menyatakan, PKB siap bergabung dengan KIB asalkan ia dicalonkan sebagai presiden oleh koalisi tersebut.
”Saya siap bergabung asal capresnya saya,” ujar Cak Imin, Minggu (22/5/2022).
Ia menyatakan, PKB sangat terbuka untuk menjalin komunikasi dengan partai mana pun dalam menyongsong Pemilu 2024.
Wakil ketua DPR itu mengeklaim, banyak kalangan yang mendorong dirinya maju sebagai capres pada 2024 mendatang.
“Insya Allah kami siap bersama-sama menyukseskan pemilu dan maju sebagai capres. Itu keinginan sebagian besar warga kami, terutama nahdliyin dan nahdliyat supaya kita punya presiden yang mewakili warga nahdliyin,” ungkapnya.
Hanya Candaan
Merujuk pernyataan Yoga bahwa calon yang diusung haruslah diunggulkan, Cak Imin nampaknya akan sulit maju sebagai capres lewat KIB.
Sebab, berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga, elektabilitas Cak Imin tergolong kecil dibandingkan tokoh-tokoh lainnya.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia pada 14-19 April 2022 lalu, misalnya, menunjukkan bahwa elektabilitas Cak Imin masih berada di bawah 1 persen, tepatnya di angka 0,5 persen.
Begitu pula dengan hasil survei Charta Politika pada 10-17 April 2022 lalu di mana elektabilitas Cak Imin baru sebesar 1,3 persen.
Survei yang diselenggarakan Politika Research & Consulting dan Parameter Politik Indonesia pada Desember 2021 lalu juga menunjukkan elektabilitas Cak Imin sebesar 0,1 persen.
“Sebelum modal politik elektabilitas cukup tinggi, saya pikir statement ini nggak bisa dianggap serius,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.
Yunarto menilai, langgam politik Cak Imin memang senang bercanda. Hal ini terlihat dari banyak pernyataannya, termasuk soal usulan penundaan pemilu demi menyelamatkan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Cak Imin sendiri, menurut Yunarto, sebenarnya menyadari bahwa dirinya tak punya cukup elektabilitas untuk menjadi calon presiden di 2024.
Meski begitu, Yunarto mengaku paham mengapa Imin begitu percaya diri untuk melempar guyonan semacam ini. Hal itu tak lepas dari suara partainya yang cukup besar.
Pada Pemilu 2019 lalu, PKB berada di peringkat 5 dengan perolehan 13.570.970 atau 9,69 persen suara. Angka ini dikonversikan menjadi 58 kursi DPR RI.
“Ini harga yang mahal yang bisa ditawarkan memang buat koalisi lain untuk memenuhi presidential threshold,” ucap Yunarto.
Kendati demikian, Yunarto menegaskan bahwa suara partai yang besar tak cukup menjadi modal melangkah di panggung pilpres.
Jika Cak Imin serius ingin dilirik sebagai capres di 2024, maka dia punya PR besar untuk mendongkrak elektabilitas dengan kilat.
“Bagaimana seorang ketua parpol bergabung dengan koalisi partai lain dan menempatkan dirinya harganya tinggi ya dia harus memiliki elektabilitas tinggi. Cak Imin belum memiliki modal itu, jadi menurut saya ini lebih ke arah joke (candaan) politik saja,” kata Yunarto.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#KIB #Buka #Pintu #Cak #Imin #Bergabung #tapi #Soal #Capres #Nanti #Dulu #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli